profil END OF JULIA
Sejak kemunculan pertamanya, END OF JULIA, telah
menjadi salah satu aksi paling ditunggu dan berpengaruh bagi
perkembangan scene screamo/emo-core khususnya di Jogjakarta.
Memancangkan tonggak monumental. Bila menengok kembali ke belakang,
beberapa tahun lalu, kontroversi dan pelecehan selalu mengikuti genre
ini, walaupun worshippers genre ini tidak bisa dibilang
sedikit, khususnya para remaja. Namun, meski berbagai pe-label-an
menghinggapi genre itu, End of Julia yang diperkuat Ncix (Voc), Isa
(Gitar), Rizki (Bas), dan Antok (Drum) tidak pernah mundur dari garis
yang sudah ditarik…
Berawal dari sebuah band SMU pada tahun 2001,
band ini dulu bernama Natalie Portman dan sempat menjadi band cover The
Used dan Thursday. Pada tahun tersebut gelombang musik so-called emo/indie
rock memang tengah melanda US sana, The Used baru saja merilis sophomore
album Self-Titled nya dan Thursday merilis Full Collapse.
“Konsep awal kita ya maenin musik yang paling tidak mirip dengan
mereka, karena emang berdirinya band memang ingin memainkan musik-musik
seperti mereka, nafas dan konsep musik screamo model The Used, Thursday ,
Funeral for a Friend, dan Story of the Year itu yang sampai sekarang
gak pengen kita hilangin, kita tetep ingin konsisten di jalur ini, meski
banyak band udah berpindah menjadi lebih kenceng, tetapi kita juga
tetep eksplor perkembangan-perkembangan terbaru yang kita masukin ke
musik kita” papar Whiztyo Bayu Nugraha aka Ncix sang vokalis. “Tentu
saja dengan racikan ala End of Julia, hehe”. tambahnya.
Setelah 7 tahun menjelajahi gigs lokal dan pensi,
hambatan dan kendala klise setiap band pasti selalu ada, salah satunya
adalah bongkar pasang pemain. Ncix mengungkapkan bahwa hal tersebut juga
menghampiri band-nya. Mesti hal tersebut tidak pernah diinginkan oleh
tiap band manapun, namun perbedaan visi dan keinginan atas penghidupan
yang layak terkadang menjadi suatu hal yang tidak bisa dihindari. “Kita
udah bongkar pasang pemain 3 kali. Dulu sebelum Kubon (bass) menyatakan
keluar dan digantikan Rizky, adalah formasi paling solid dari EOJ,
paling tidak kita sudah bersama selama 5 tahun. Udah kayak saudara dan
keluarga lah”. Kata Ncix. “Tapi kita tetep maju terus dengan formasi
kita yang paling baru sekarang”. Bebernya lagi.
Single Melodramatic yang sudah 3 tahun lalu keluar telah
menyebar seperti worm disetiap komputer dan Mp3 player fans,
sebuah ekskursi sepanjang 4 menit penuh dengan kosmik eksplosif riff
memukau dan harmonisasi vokal yang well-defined dikelasnya.
Hingga mengundang massa ber-moshing disetiap aksi mereka. Namun
kenapa sampai sekarang belum ada follow up untuk
mendukung agresi mereka (baca: album)? “Sebenarnya dari awal EOJ tidak
pernah mencoba untuk menjadi seserius ini, bertahan 7 tahun, dan
akhirnya harus ada tuntutan untuk album. Sebagai sebuah band yang udah
cukup lama, kita juga mulai mencoba profesional dengan adanya manajemen,
album merupakan sebuah gambaran eksistensi dan karya yang harus kita
hasilkan selama 7 tahun kita bermusik, yah tapi ternyata gak semudah
yang dikira. Banyak faktor dan kendala, lah. Dari sejak awal 2007 kita
sudah men-set bahwa kita akan rilis album pada tahun itu, tapi sampai
sekarang terus meleset meskipun saat ini bisa dibilang sudah sekitar 70 %
rampung”. Kendala dan faktor yang dimaksud Ncix salah satunya adalah
kesibukan personel masing-masing, Ncix masih harus menyelesaikan studi
S2-nya, Antok bekerja, sementara Isa dan Rizki sibuk menyelesaikan
kuliahnya. Kemudian tuntutan kesempurnaan versi rekaman yang membuat
mereka harus berulang kali merekam materi-materinya. “Saat kita rasa
sudah puas, ternyata saat diperdengarkan ke orang lain sebagai sampel
ternyata masih ada kekurangan, dan hal itu berlangsung terus sampai
sekarang, makanya banyak versi lagu EOJ yang udah ada di tangan banyak
orang kualitas rekamannya bisa beda-beda”. Untuk itulah mereka berencana
me-mixing ulang semua materi album yang sudah di-deadline rilis tahun
ini. Selain itu faktor biaya yang membengkak juga menjadi permasalahan
klise bagi band yang notabene merilis album mereka sendiri tanpa
dinaungi sebuah label (Self-released).
Terlepas dari berbagai faktor tersebut, kiprah End of Julia hingga
bertahan sampai detik ini patut diberi standing applause dan
dukungan penuh.
0 komentar:
Posting Komentar